Rabu, 12 Juni 2013

tugas ep

PROPOSAL
Politik dan Pembangunan Dalam Mengatasi Jumlah Pegangguran


Logo Universitas Trunojoyo Madura Terbaru
 








Disusun Oleh :









M. TAUFIK HIDAYAT
(10.02.3.1.2.00001)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2011-2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1                 LATAR BELAKANG
    Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Sehingga untuk mengatasi permasalahan pembangunan
   Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Maka dari itu perlu ada perhatian khusus oleh pemerintah dalam membuka lapagan kerja yang memadai agar mampu menguragi penggangguran di Indonesia.  

1.2      Rumusan Masalah.
Ø  Apa yang menyebabkan pegangguran di Indonesia setiap tahunnya semakin  bertambah.
Ø  Bagaimana caranya politik dan pembangunan  mampu mengatasi pengangguran.
Ø  Bagaimana  dampak politik dan pembangunan terhadap pengangguran di Indonesia.

1.3. Tujuan.
Ø  Untuk menganalisa  hal apa saja yang menyebabkan di Indonesia setiap tahunnya semakin bertambah.
Ø  Untuk menganalisa apakah politik dan pembangunan  mampu mengatasi pengangguran.
Ø  Untuk menganalisa  dampak pengangguran  terhadap  politik dan pembangunan di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1  Arti Definisi Dan Pengertian Pengangguran.
   Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
2.2.  Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran.
   Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dar prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100%
2.3.  Jenis & Macam Pengangguran.
1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
   Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
   Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
    Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukang jualan duren yang menanti musim durian.


4. Pengangguran Siklikal 
    Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.    Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
   Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Tambahan :
   Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.
Beberapa hal yang menyebabkan pengangguran antara lain:
a.          Penduduk yang relatif banyak
b.         Pendidikan dan keterampilan yang rendah
c.          Angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja
d.         Teknologi yang semakin modern
e.          Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan penghematan-penghematan.
f.          Penerapan rasionalisasi
g.         Adanya lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim
h.         Ketidakstabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu negara

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisa Berbagai Hal yang Menyebabkan Semakin Bertabahnya Pengangguran di Indonesia.
      Permasalahan pengangguran merupakan hal yang tidak bisa di pandang  remeh oleh  pemerintah agar pengangguran setiap tahunnya angka pengangguran semakain berkurang. Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain.  Menurut data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas nasional. Masalah lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan demikian masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah 38 juta orang yang harus segera dituntaskan.
      Masalah pengangguran dan setengah pengangguran tersebut di atas salah satunya dipengaruhi oleh besarnya angkatan kerja. Angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2002 sebesar 100,8 juta orang. Mereka ini didominasi oleh angkatan kerja usia sekolah (15-24 tahun) sebanyak 20,7 juta. Pada sisi lain, 45,33 juta orang hanya berpendidikan SD kebawah, ini berarti bahwa angkatan kerja di Indonesia kualitasnya masih rendah.
Keadaan lain yang juga mempengaruhi pengangguran dan setengah pengangguran tersebut adalah keadaan kesempatan kerja. Pada tahun 2002, jumlah orang yang bekerja adalah sebesar 91,6 juta orang. Sekitar 44,33 persen kesempatan kerja ini berada disektor pertanian, yang hingga saat ini tingkat produktivitasnya masih tergolong rendah. Selanjutnya 63,79 juta dari kesempatan kerja yang tersedia tersebut berstatus informal.
          Ciri lain dari kesempatan kerja Indonesia adalah dominannya lulusan pendidikan SLTP ke bawah. Ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang tersedia adalah bagi golongan berpendidikan rendah. Seluruh gambaran di atas menunjukkan bahwa kesempatan kerja di Indonesia mempunyai persyaratan kerja yang rendah dan memberikan imbalan yang kurang layak. Implikasinya adalah produktivitas tenaga kerja rendah. Sasaran yang diharapkan, dirumuskan sebagai berikut :
Menurunnya jumlah penganggur terbuka dari 0,96 pesen menjadi 5,5 persen pada tahun 2009. Menurunnya jumlah setengah penganggur dari 28,65 persen menjadi 20 persen dari jumlah yang bekerja pada tahun 2009. Meningkatnya jumlah tenaga kerja formal dari 36,71 persen menjadi 60 persen dari jumlah yang bekerja pada tahun 2009.
          Menurunnya jumlah angkatan kerja usia sekolah dari 20,54 persen menjadi 15 persen pada tahun 2009. Tingkatkan perluasan lapangan kerja dari 91,65 juta orang menjadi 108,97 juta orang. Terbangunnya jejaring antara pusat dengan seluruh Kabupaten/kota. Untuk mencapai hal tersebut disusun strategi, kebijakan dan program-program yang perlu terus dibahas untuk menjadi kesepakatan semua pihak, meliputi Pengendalian Jumlah Angkatan kerja peningkatan Kualitas angkatan Kerja; peningkatan Efektivitas Informasi Pasar Kerja dan Bursa Kerja; pembinaan Hubungan Industrial. (Sumber: Deklarasi Penanggulangan Pengangguran di Indonesia, 29 Juni 2004; Bahan Raker Komisi VII DPR-RI dan Menakertrans, 11 Pebruari 2004). Sumber : Majalah Nakertrans Edisi - 03 TH.XXIV-Juni 2004.  Selain mempunyai Rencana Tenaga Kerja Nasional 2004-2009, Depnakertrans lewat Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri juga mempunyai program dan kegiatan yang diarahkan untuk pencapaian Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja serta Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Merumuskan pedoman atau petunjuk teknis, mengimplementasikan dan mensosialisasikan kebijakan pembinaan yang bertujuan untuk :
1. Membangun sistem peningkatan kualitas tenaga kerja.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan di Bidang Perluasan Kesempatan Kerja dan Penempatan Kerja
 3. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga nasional maupun internasional ;
 4. Mendorong peranan masyarakat luas di Bidang Ketenagakerjaan meliputi pelatihan,   penempatan dan produktivitas tenaga kerja.
b. Pengembangan Kesempatan Kerja, dalam T.A. 2003 telah dilaksanakan :
1. Perluasan lapangan kerja bagi 120.561 orang meliputi :
- Pendayagunaan tenaga kerja pemuda mandiri profesional, tenaga kerja sarjana dan tenaga kerja mandiri terdidik sebanyak 67.734 orang.
- Terapan teknologi tepat guna 4.855 orang.
- Padat karya produktif 44.317 orang.
- Penciptaan wirausaha baru 2.280 orang.
- Pembinaan dan pendayagunaan anak jalanan dan pedagang asongan 690 orang.
- Pengembangan model perluasan kerja 685 orang.
2. Penempatan Tenaga Kerja AKAD : 21.200 orang.
3. Pelatihan ketrampilan sebanyak 42.951 orang meliputi :
- Pelatihan institusional : 14.800 orang.
- Pelatihan MTU : 20.485 orang.
- Pelatihan Magang : 1.088 orang.
- Pelatihan Teknisi :1.225 orang.
- Pelatihan kewirausahaan : 2.764 orang.
- Pelatihan melalui anggaran DPKK-TKI : 2.589 orang.
4. Pelaksanaan pemagangan ke Jepang sebanyak 4.790 orang
5. Pelatihan untuk angkatan kerja khusus seperti penyandang cacat dan lanjut usia sebanyak 1.276 orang.
6. Pemberian bantuan peralatan kepada 78 lembaga pelatihan BLK/LLK dan 12 pondok pesantren.
7. Pemberian ijin tenaga kerja asing (IKTA) sebanyak 19.898 orang.
      Tampaknya, semua perencanaan yang “terkesan” bagus itu, harus benar-benar menjadi perhatian Depnakertrans. Apalagi, jika bicara soal ketenagakerjaan, ada beberapa tugas yang bisa dilakukan direktoratnya: pembinaan yang menyangkut peningkatan kualitas sumber daya manusia, penempatan, hingga SDM bisa bekerja secara produktif. “SDM kita belum mampu bersaing. Untuk itu, kita upayakan agar dengan standar kompetisi, SDM nantinya mampu mengisi lowongan pekerjaan dan bahkan menciptakan lapangan pekerjaan. Tidak kompetitifnya SDM Indonesia, terbukti pada lomba ketrampilan se-Asia pada dua tahun lalu. Saat itu, Indonesia hanya memperoleh perunggu untuk kompetisi di bidang otomotif, eletronik dan lainnya itu. Apalagi, SDM Indonesia ditempatkan pada posisi 112 dari 117 negara yang diteliti. Belum lagi bicara soal banyaknya tenaga kerja asing yang masuk dan mengisi pekerjaan di Indonesia. Karena tenaga kerja Indonesia belum mampu mengisinya. TKI saja masih dalam posisi menengah.
      Soal penanggulangan pengangguran dan perencanaan tenaga kerja nasional seharusnya juga ada di tiap daerah, terkait dengan semangat otonomi daerah. Sejak otonomi daerah, pusat dan daerah terputus. Padahal, pusat hanya pembuat kebijakan, penjabarannya ada di daerah. Sekitar 2005, di tingkatkan sektor formal. Sehingga pada 2006, sektor informal bisa di persiapkan, dan tahun-tahun berikutnya baru di dorong migrasi tenaga kerja di sektor informal menuju sektor formal. Ini berarti, nasib ketenagakerjaan akan semakin memburuk sampai ada kejelasan pada 2006.




3.2.  Menganalisa   Politik  dan  Pembangunan  Dalam  Mengatasi  Pengangguran.
     Pada dasarnya  pengangguran  merupakan  permasalah yang  sulit dalam  mengatasinya. Berbagai cara untuk mengurangi apa  yang  nama  pengangguran di Indonesia.  Sehingga ada berapa  hal yang  perlu di perhatiakn oleh kita antara  lain :
1. Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan Moral
  Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi di tempat baru. Peningkatan mobilitas modal dilakukan dengan memindahkan industry (padat karya) ke wilayah yang mengalami masalah pengangguran parah. Cara ini baik digunakan untuk mengatasi msalah pengangguran structural.
2. Pengelolaan Permintaan Masyarakat
  Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal melalui manajemen yang mengarahkan permintaan-permintaan masyarakat ke barang atau jasa yang tersedia dalam jumlah yang melimpah.
3. Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja
  Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut adalah persoalan informasi.
  Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan system informasi yang memudahkan orang mencari pekerjaan yang cocok. System seperti itu antara lain dapat berupa pengumuman lowongan kerja di kampus dan media massa. Bias juga berupa pengenalan profil perusahaan di sekolah-sekolah kejuruan, kampus, dan balai latihan kerja.



4. Pertumbuhan Ekonomi
  Pertumbuhan ekonomi baik digunakan untuk mengatasi pengangguran friksional. Dalam situasi normal, pengangguran friksional tidak mengganggu karena sifatnya hanya sementara. Tingginya tingkat perpindahan kerja justru menggerakan perusahaan untuk meningkatkan diri (karir dan gaji) tanpa harus berpindah ke perusahaan lain. Menurut Keynes, pengangguran yang disengaja terjadi bila orang lebih suka menganggur daripada harus bekerja dengan upah rendah. Di sejumlah Negara, pemerintah menyediakan tunjangan/santunan bagi para penganggur. Bila upah kerja rendah maka orang lebih suka menganggur dengan mendapatkan santunan penganggur. Untuk mengatasi pengangguran jenis ini diperlukan adanya dorongan-dorongan (penyuluhan) untuk giat bekerja. Pengangguran tidak disengaja, sebaliknya, terjadi bila pekerja berkeinginan bekerja pada upah yang berlaku tetapi tidak mendapatkan lowongan pekerjaan. Dalam jangka panjang masalah tersebut dapat diatasi dengan pertumbuhan ekonomi.
5. Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja
  Pengangguran terutama disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli. Perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di Negara kita, mengingat sejumlah besar penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu.
6. Wiraswasta
  Selama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di perusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik. Masalah menjadi agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswasta yang berhasil.
3.3.  Menganalisa Dampak  Pengangguran  Terhadap  dan  Politik dan  Pembangunan di  Indonesia.
     Dalam  suatu  Negara  peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan  hal  yang  penting untuk di perhatikan, sehingga  mampu meningkatkan pendapatan nasional  Negara namu hal  tersebut  akan  ter capai  jika angka pengangguran seemakin berkurang .  Beberapa hal yang disebabkan  oleh  pengangguran antara lain.


a. Rendahnya Pendapatan Nasional
     Pendapatan nasional suatu negara akan optimum apabila keadaan
full employment bisa tercapai. Bila kondisi ini tidak tercapai karena banyak pengangguran, akan menyebabkan pendapatan nasional menjadi lebih rendah dari pendapatan yang sebenarnya dapat dicapai bila tidak ada pengangguran.
b. Rendahnya Tingkat Kemakmuran Nasional
     Kamu tentu masih ingat bahwa salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran masyarakat suatu negara adalah tingkat pendapatan. Apabila pendapatan nasional rendah maka tingkat kemakmuran masyarakat juga rendah. Terlebih apabila ukuran kemakmuran itu pendapatan per kapita, kemakmuran masyarakat akan semakin rendah karena penghasilan orang yang bekerja juga harus dibagi dengan seluruh penduduk, termasuk penduduk yang menganggur.
c. Rendahnya Tingkat Akumulasi Modal
     Rendahnya pendapatan nasional akibat tingginya pengangguran menyebabkan bagian pendapatan nasional yang dapat ditabung menjadi rendah. Apabila tabungan nasional rendah, akumulasi modal menjadi rendah pula. Akibat selanjutnya mudah ditebak, output yang dapat diproduksi di negara tersebut juga rendah.
d. Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi
    Banyaknya pengangguran juga dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi rendah. Ingat! Pertumbuhan ekonomi diukur dengan melihat laju perubahan output/pendapatan rill per kapita dari tahun ke tahun. Nah, kalau pada tahun kedua masih tetap banyak penduduk yang menganggur, tentu pendapatan riil per kapita tidak akan berbeda banyak dari tahun pertama. Artinya, pertumbuhan ekonomi di negara tersebutjuga rendah.
e. Rendah Kualitas Hidup
    Secara individual, kondisi menganggur akan memunculkan berbagai masalah ekonomi dan sosial bagi yang mengalaminya. la dan keluarganya terpaksa harus mengurangi pengeluaran konsumsi. Mereka tidak mampu memperoleh makanan yang bergizi, kesehatan yang baik, serta pendidikan yang mencukupi. lni berarti ia harus mengalami standar kualitas hidup yang rendah. Lebih dari itu, pengangguran yang berkepanjangan akan menimbulkan efek psikologis yang buruk pada diri penganggur dan keluarganya.
f. Meningkatnya Tindak Kriminal
    Orang yang kelaparan bisa bermata gelap bila sudah tidak mampu menahan lapar. Seorang penganggur yang kelaparan bisa saja menghalalkan segala cara untuk memperoleh makanan yang dibutuhkan. Akibatnya, tindak kriminal melawan hukum kemungkinan besar terjadi.

g. Rendahnya Stabilitas Nasional
    Bayangkan negara yang memiliki banyak orang bodoh, miskin, dan kelaparan, banyak penjahat dan banyak orang yang tidak puas dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang buruk di negara tempat mereka tinggal. Akibatnya, mereka merasa perlu melakukan demo setiap hari agar tuntutan mereka atas ketidakpuasan tersebut terpenuhi.

BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
    Apabila keadaan  pengangguran  di  suatu  negara  sangat  buruk,  akan  terjadi kekacauan  sosial  dan  politik  yang  kronis dan  menimbulkan efek yang buruk  pada kesejahteraan  masyarakat dan  prospek  pembangunan  ekonomi  dalam  jangka panjang. Dengan  demikian,  masalah  pengangguran  merupakan  masalah  yang  sangat  buruk efeknya  pada  masyarakat. Oleh  sebab  itu, perlu  dilakukan  upaya  terus-menerus  untuk mengatasinya.  Angar  tingkat  pengangguran semakin berkurang sehingga pendapatan nasiaol  stabil  dan  kemakmuran  semakit meningkat.
4.2  Saran.
    Berbagai cara yang dipernah di lakukan oleh pemerintah agar pegangguran bisa teratasi, namun masalah tersebut masih belum menemukan solusi dalam  hal mengatasi pengganguran. Dan yang  perlu di perhatikan oleh  pemerintah  adalah  perlu  menciptakan kebijakan  yang   mampu  mengatasi apa  yang  namanya pengganguran  agar kesejahteraan  terhadap masyarakat  mulai  teratasi.  Pada masa  pemerintahan  presiden susilo bambang  yudoyono  mampu  menguragi  pengangguran  maka  dari  itu  perlu ada tindakan yang  lebih  agar  mampu  menguragi  pengangguran. Sehingga  perlu peningkatan  perluasan  lapagan  kerja  supaya  pengangguran  dapat  terserap.




Daftar pustaka.

1.      Ekonomi SMA/MA Kls XI (Diknas), Oleh L Purnastuti & RR Indah M (Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Ekonomi )
3.      Tahun 2004 Pengangguran Berkurang, Tingkat Kemiskinan Kembali ke Sebelum Krisis. Kompas. Jakarta
4.      Daulat Sinuraya. Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia. Suara Pembaruan Daily. 2004
Deklarasi Penanggulangan Pengangguran di Indonesia, 29 Juni 2004; Bahan Raker Komisi VII DPR-RI dan Menakertrans, 11 Pebruari 2004.
5.      Elwin Tobing. Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik. Media Indonesia. 2004
6.      Levi Silalahi . Masalah Buruh-Pengusaha Belum Terpecahkan, Pengangguran Terus Bertambah. Depnakertrans. 2004
7.      Majalah Nakertrans Edisi - 03 TH.XXIV-Juni 2004
8.      Muchamad Nafi. Tiap Tahun, Angka Pengangguran Indonesia Naik.Tempo Interaktif. Jakarta. 2004
9.      Statistik Tahunan Indonesia, 1985, 1995, 1998


Tidak ada komentar:

Posting Komentar