1.
Kapasitas
Kapasitas
(capacity) adalah hasil produksi atau volume pemprosesan (troughput) atau
jumlah unit yang dapat ditangani, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh
sebuah fasilitas dalam suatu periode waktu tertentu. (Jay
Heizer dan Barry Render Manajemen Operasi Edisi ketujuh 2006).
Kapasitas menentukan :
a.
Persyaratan
modal sehingga mempengaruhi sebagian besar biaya tetap.
b.
Menentukan
apakah permintaan dapat dipenuhi atau apakah fasilitas yang ada berlebihan.
Jika kapasitas terlalu besar, sebagian fasilitas akan menganggur dan akan
terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produksi yang ada.
Kapasitas
dihitung berdasarkan = (jumlah dari mesin atau pekerja) x (jumlah waktu kerja)
x (waktu penggunaan) x (efisiensi)
Dalam produksi dan manajemen operasi, terdapat
tiga tipe dari kapasitas yaitu:
1) Potential Capacity
Kapasitas
yang dapat dibentuk untuk membantu pimpinan untuk mengambil keputusan. Ini
merupakan inti dari keputusan jangka panjang yang tidak akan terpengaruh oleh
manajemen produksi per hari.
2)
Immediate
Capacity
Jumlah
dari kapasitas produksi yang dapat dibentuk menjadi tersedia dalam jangka waktu
yang singkat. Ini merupakan kapasitas maksimum dari kapasitas Potensial (diasumsikan
digunakan secara produktif).
3)
Effective
capacity
Merupakan
suatu konsep penting. Tidak seluruh kapasitas produksi sesungguhnya dapat
digunakan atau terbuang. Ini merupakan hal penting untuk seorang manager
produksi untuk apakah kapasitas sesungguhnya dapat tercapai.
Perbedaan
antara kapasitas dari sebuah organisani dan permintaan dari seluruh pelanggan
adalah mengenai ketidakefisien, begitu juga ketika sumber tidak dapat digunakan
atau tidak dapat dipenuhi oleh customer. Permintaan untuk kapasitas
sebuah organisasi bervariasi berdasarkan perubahan produk yang tersedia,
seperti peningkatan dan penurunan kuantitas produksi dari produk yang tersedia,
atau menciptaka produk yang baru. Penggunaan yang terbaik dari kapasitas yang
tersedia dapat memenuhi pembaharuan dalam overall equipment effectiveness
(OEE). Kapasitas dapat meningkat melalui pengenalan teknik baru, peralatan
dan bahan, penambahan jumlah tenaga kerja atau mesin, peningkatan jumlah jam
kerja, atau penyediaan fasilitas produksi.
1.1
Pengertian
Perencanaan Kapasitas
Perencanaan
kapasitas adalah proses untuk memutuskan kebutuhan kapasitas produksi oleh
perusahaan untuk mempertemukan perubahan permintaan setiap produk. (http://en.wikipedia.org/wiki/Capacity planning)
1.2
Tujuan
Perencanaan Kapasitas
Tujuan perancanaan kapasitas adalah
pencapaian tingkat utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang
tinggi, dimana penetapan ukuran fasilitas sangatlah menentukan.
1.3
Perencanaan
Kapasitas dapat Dilihat dalam tiga Horizon waktu:
a.
Kapasitas
jangka pendek (< 3 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka pendek –kurang dari tiga bulan . ini dikaitkan pada proses
penjadwalan harian atau mingguan dan menyangkut pembuatan penyesuian
–penyesuian untuk menghapus ‘’ variance’’ antara keluaran yang direncanakan dan
keluaran nyata . keputusan perencanaan mencakup alternatif – alternatif seperti
kerja lembur, pemindahan personalia, penggantian routing produksi
b.
Kapasitas
jangka menengah (3-18 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka menengah ( intermediet range) - rencana- rencana bulanan
atau kuartalan untuk 3 sampai 18 bulan yang atau yang akan datang. Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena
alternative – alternative seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja,
peralatan – peralatan bukan utama.
c.
Kapasitas
jangka panjang p (>1 tahun)
Perencanaan kapasitas jangka panjang (long time) – lebih dari
satu tahun. Di mana sumber daya
produktif memakan waktu lama untuk memperoleh atau menyelesaikan, seperti
bangunan, peralatan atau fasilitas. Perencanaan kapasitas jangka panjang memerlukan
partisipasi dan persetujuan manajemen puncak.
PERENCANAAN
KAPASITAS JANGKA PENDEK
Perncanaan kapasitas jangka pendek diguakan untuk menangani secara
ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa yang akan datang, misalnya
untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka
waktu pendek. Kebanyakan perusahaan tidak beroperai penuh selama 24 jam per
hari dan tidak pernah beroperasi penuh tujuh hari per minggu. Jika perusahaan
beroperasi penuh delapan jam per hari (satu shif) dan lima hari per minggu,
maka kapasitas normal jam kerja perusahaan adalah 40 jam per minggu. Namun
demikian 40 jam per minggu bukanlah kapasitas maksimum yang dimiliki. Dalam
banyak kasus perusahaan dimungkinkan untuk bekerja melebihi kapasitas norma;,
sehingga kapasitas output maksimumnya lebih dari 40 jam kerja.
Menghadapi
kondisi seperti ini, untuk menambah atau menurunkan kapasitas mungkin
perusahaan melakukan penambahan dan pengurangan jam kerja, melakukan
sub-Kontrak dengan perusahaan lain apabila terjadi 1989.di
perubahan permintaan. Untuk meningkatkan kapasitas jangka pendek terdapat lima
cara yang dapat digunakan perusahaan (krajewzki & Ritzman),
1.
Meningkatkan
jumlah sumber daya;
a.
Penggunaan
kerja lembur
b.
Penambahan regu
kerja
c.
Memerikan kesempatan
kerja secara part-time
d.
Sub-Kontrak
e.
Kontrak kerja
2.
Memperbaiki
penggunaan sumber daya:
a.
Mengatur regu
kerja
b.
Menetapkan
skedul
3.
Memodifikasi
produk:
a.
Menentukan
standar produk
b.
Melakukan
perubahan jasa operasi
c.
Melakukan
pengawasan kualitas
4.
Memperbaiki permintaan:
a.
Melakukan
perubahan harga
b.
Melakukan
perubahan promosi
5.
Tidak memenuhi
permintaan:
a.
Tidak mensuplai
semua permintaan
PERENCANAAN KAPASITAS JANGKA PANJANG
Perencanaan kapasitas jangka pajang merupakan strategi operasi
dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat
diperkirakan sebelumnya. Misalnya, rencana untuk menurunkan biaya produksi per
unit, dalam jangka pendek sangat sulit utuk dicapai karena unit produk yang
dihasilkan masih berskala kecil, tetapi dalam jangka panjang rencana tersebut
dapat dicapai dengan meningkatkan kapasitas produksi. Persoalan yag timbul
adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan agar biaya produksi seminimum
mungkin.
Penentuan
jumlah produksi yang dapat menghasilkan biaya minimum perlu diperhatikan
berbagai faktor seperti:
a.
Pola permintaan
jangka panjang
b.
Siklus
kehidupan produk yan dihasilkan
Dalam
kaitan dengan kapasitas jangka panjang, terdapat dua strategi yang dapat
ditempuh perusahaan:
a.
Strategi
melihat dan menuggu (wait and see strategy)
Strategi ini dapat dikatakan
pula sebagai strategi hati-hati, karena kapasitas produksi akan dinaikkan
apabila yakin permintaan konsumen sudah naik. Strategi ini diperoleh dengan
pertimbangan bahwa, setiap kali terjadi kelebihan kapasitas perusahaan harus
menanggung risiko karena investasi yang dilakukan hanya ditanggung dalam unit
yang sedikit, akibatnya biaya produksi menjadi tinggi.
b.
Strategi
ekspansionis
Strategi ekspansionis yaitu
kapasitas selalu melebihi atau diatas permintaan. Dengan strategi perusahaan
berharap tidak terjadi kekurangan produk di
pasaran yang dapat menyebabkan adanya peluang masuknya produsen lain. Selain
itu perusahaan untuk memberikan pelayanan terbaik dengan cara menjamin
tersedianya produk di pasaran.
1.4.Perancanaan Kebutuhan Kapasitas
Agar dapat menyesuaikan tingkat
kebutuhan kapasitas untuk menanggapi naik turunnya permintaan pasar, perlu
dilakukan forecast penjualan dan
merencanakan perubahan – perubahan cenderung terjadi tiba – tiba dan drastic,
sehingga akan lebih memakan waktu.
Forecast dilakukan untuk menyusun skedul produksi induk (master production schedule)dan untuk
mengecek permintaan kapasitas diwaktu yang akan datang dibandingkan dengan
kapasitas yang tersedia. kapasitas
menetapkan batasan –batasan atas
bagi skedul – skedul produksi. kapasitas juga memberikan batasan bahwa, karena selama periode penjualan rendah
adalah tidak ekonomik untuk mengurangi kapasitas secara dastik.
Kapasitas
Tenaga Kerja dan Kerja Lembur untuk
Perluasan Kapasitas
Bagi perusahaan biasanya adalah tidak ekonomik untuk menambah dan
mengurangi tenaga krja dengan naik dan turunnya penjualan. Ini bukan berarti
bahwa jumlah karyawan adalah sumber daya kapasitas yang tetap, tetapi
penyesuaian-penyesuaian besar (substansial) dapat dibuat tanpa harus menarik
lebih banyak orang dan kemudian memutuskan hubungan kerja dengan mereka.
Sebagai
contoh, anggap bahwa suatu perusahaan untuk membuat produknya memerlukan
karyawan yang bekerja normal 5 hari selama 40 jam dengan jumlah sebagai
berikut:
Juni ................ 300
Juli ................ 400
Agustus ............... 600
September ............... 450
Oktober ............... 400
Beban
tenaga kerja dalam bulan Agustus adalah dua
kali lipat bulan Juni. Bagaimanapun juga, jumlah orang yang dibutuhkan adalah
dalam artian “karyawan ekuivalen” yang bekerja 40 jam satu minggu. Tetapi
jumlah jam per minggunya dapat diubah, dan kelebihan jumlah kerja dapat sub
kontrakkan atau dengan penimbunan persediaan.
Berikut
ini merupakan sebuah rencana yang fleksibel bagi jam kerja pabrik untuk
memenuhi kebutuhan penjualan dengan menggunakan tenaga kerja konstan:
Bulan
|
Jumlah karyawan
|
Jumlah jam per minggu
|
Karyawan ekuivalen yang dikontrak dari luar.
|
Juni
|
350
|
34
|
-
|
Juli
|
350
|
46
|
-
|
Agustus
|
350
|
58
|
92
|
September
|
350
|
51
|
-
|
Oktober
|
350
|
46
|
-
|
Penggunaan
kerja lembur, subkontrak dari luar, atau penimbunan persediaan merupakan
keputusan-keputusan manajerial dan tergantung pada biaya-biaya relatif
masing-masing alternatif.
Khusus
tentang kerja lembur yang direncanakan untuk menghadapi periode-periode
penjualan puncak mempunyai berbagai kebaikan dan kelemahan. Kebaikan kerja
lembur adalah menaikkan upah karyawan sehingga akan membuat para karyawan lebih
senang. Kerja lembur meminimumkan kebutuhan penarikan lebih banyak karyawan dan
memberhentikan mereka. Perubahan jumlah karyawan, naik atau turun, biasanya
menghasilkan produktifitas rendah. Disamping itu, kadang-kadang perusahaan
tidak dapat memperoleh cukup orang dengan keterampilan-keterampilan
yang disyaratkan.
Perencanaan
tenaga kerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain, seperti hilangnya
produksi karena kelelahan, tingkat absensi dan perputaran tenaga kerja. Disisi
lain, karyawan tidak langsung mendukung pekerjaan perlu juga direncanakan
sebaik mungkin. Ini terutama orang-orang tidak langsung mungkin merupakan para
karyawan teknik yang sulit didapatkan karena sulit untuk melakukan estimasi
berapa banyak karyawan tidak langsung yang dibutuhkan. Banyak perusahaan
menggunakan suatu jenis rasio antara karyawan tidak langsung dengan karyawan
langsung atau dengan beban kerja pabrik untuk melakukan estimasi tersebut.
minta mas materinya
BalasHapus