2.1 Definisi Kualitas
Kualitas
merupakan suatu istilah relatif yang sangat bergantung pada situasi.Ditinjau
dari pandangan konsumen, secara subyektif orang mengatakan kualitas adalah
sesuatu yang cocok dengan selera (fitness for use).Kualitas barang atau jasa
dapat berkenaan dengan keandalan, ketahanan, waktu yang tepat, penampilan,
integritas, kemurnian, individualitasnya, atau kombinasi dari berbagai faktor
tersebut.Uraian diatas menunjukkan bahwa pengertian kualitas dapat berbeda pada
setiap orang pada waktu khusus dimana kemampuannya (availability), kinerja
(performance), keandalannya (reability), kemudahan pemeliharaan
(maintainability) dan karakteristiknya dapat diukur (Juran, 1988).
Banyak
pakar-pakar dalam Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management) yang berbeda pendapat dalam mendefinisikan makna dari
Kualitas. Namun maksud dari semuanya adalah hampir sama. Berikut pengertian
kualitas dari para tokoh tersebut.
Crosby
(1979:58) menyatakan, bahwa kualitas adalah conformance
to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.Suatu
produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk
jadi.
Feigenbaum
(1986:7) menyatakan, bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction).Suatu produk
berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu
sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas produk.
Garvin
dan Davis (1994) menyatakan, bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia (tenaga kerja), proses dan tugas, serta
llingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Meskipun
tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, namun
terdapat persamaan dari ketika definisi tentang kualitas di atas.Yakni dalam
elaemen-elemen sebagai berikut.
a.
2
|
b. Kualitas
mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.
c. Kualitas
merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap berkualitas
saat ini, mungkin dianggap kurang berkualitasnpada masa yang akan datang).
2.2 Dimensi Kualitas
Setelah
pahm terhadap definisi dari kualitas, maka selanjutnya kita harus mengetahui
apa saja yang termasuk dalam dimensi kualitas. Menurut Garvin (dalam Garperz,
1997:3), mengidentifikasi delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk
menganalisa karakteristik kualitas suatu barang, yaitu sebagai berikut.
a. Performa
(performance)
Perfoma
berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama
yang dipertimbangkan oleh pelanggan saat hendak membeli suatu produk.
Contoh:
performansi dari TV berwarna adalah memiliki memiliki gambar yang jelas;
performansi dari produkmobil adalah akselerasi, kecepatan, kenyamanan, dan
pemeliharaan.
b. Keistimewaan
(features)
Merupakan
aspek penting yang kedua yang dapat menentukan kualitas suatu produk.Dimensi
ini juga bisa menambah fungsi dasar, yakni yang berkaitan dengan
pilihan-pilihan dan pengembangannya.
Contoh:
ponsel Blackberry memiliki fitur unggulan seperti Blackberry Messenger (BBM)
yang tidak dimiliki oleh ponsel dangan merk lain.
c. Keandalan
(reliability)
Hal
ini berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara normal dalam
periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.Dengan demikian, keandalan
merupakan karakteristik yang mencerminkan kemungkinan tingkat keberhasilan
dalam penggunaan suatu produk.
d. Konformansi
(conformance)
3
|
e. Daya
tahan (durability)
Merupakan
ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan seberapa
lama usia dari produk tersebut.
Contoh:
ponsel nokia biasanya lebih tahan lama dari pada ponsel-ponsel dengan merk
China.
f. Kemampuan
Pelayanan (service ability)
Merupakan
karakteristik yang berkaitan dengan kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta
akurasi dalam perbaikan.
Contoh:
saat ini banyak perusahaayang memberikan pelayanan perawatan atau perbaikan
mobil sepanjang hari (24 jam).
g. Estetika
(aesthetics)
Estetika
adalah karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif sehingga
berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan
individual.Dengan demikian, estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan
perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu.
Contoh: kaos oblong akan lebih indah dan menarik jika di
tambahi ornamen-ornamen batik di pinggir-pinggir kaos.
h. Kualitas
yang Dipersepsikan (Perceived quality)
Karakteristik
ini bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi
produk, seperti meningkatkan harga diri.Hal ini juga berupa karakteristik yang
berkaitan dengan reputasi (brand
name-image).
Contoh: seseorang akan membeli produk elektronik merk Sony
karena memiliki persepsi bahwa produk-produk bermerk Sony adalah produk yang
berkualitas, meskipun orang itu belum pernah menggunakan produk-produk bermerk
Sony.
4
|
a. Bukti
Langsung (tangibles)
Meliputi fasilitas
fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
b. Keandalan
(realibility)
Yakni kemampuan memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
c. Daya
Tanggap (responsiveness)
Yaitu keinginan para
staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
d. Jaminan
(assurance)
Mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari
bahaya, resiko atau keragu-raguan.
e. Empati
Meliputi kemudahan
dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan
2.3 Perspektif Kualitas
Setelah mengetahui dimensi kualitas, harus diketahui juga
bagaimana perspektif kualitas, yaitu pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan
kualitas suatu produk.
Garvin (daam Lovelock, 1994: 98-99;
Ross, 1993: 97-98) mengidentifikasikan adanya lima alternatif perspektif
kualitas yang biasa digunakan, yaitu sebagai berikut.
a.
Transcendental Approach
Menurut pendekatan
ini, kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit dioperasionalkan.
Perusahaan dapat mempromosikan produknya dengan pernyataan-pernyataan seperti
tempat berbelanja yang menyenangkan (supermarket), kecantikan wajah (kosmetik),
kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi),dan lain-lain. Dengan demikian,
fungsi perancanaan, produksi dan pelayanan suatu perusahaan sulit sekali
menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas karena
sulitnya mendisain produk secara tepat yang mengakibatkan implementasinya
sulit.
b.
5
|
Pendekatan
yang kedua ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang
dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan
perbedaan dalam jumlah unsur atau atribut yang dimiliki produk. Karena
pandangan ini sangat obyektif , maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam
selera, kebutuhan, dan preferensi individual.
c.
User-based Approach
Di dasarkan
pada pemikiran bahwa kualitas suatu produk tergantung pada orang yang
menggunakannya, dan produk yan paling memuaskan preferensi seseorang ( misalnya
perceived quality) merupakan produk
yang berkualitas paling tinggi. Perspektif yang subyektif dan demand-orientedini juga menyatakan bahwa
konsumen atau pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang
berbeda pula, sehingga kuaitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan
maksimum yang dirasakannya.
d.
Manufacturing-based Approach
Perspektif ini
memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan serta
mendefinisikan bahwa kualitas sama dengan persyaratannya (conformance to requirements). Dalam sektor jasa, dapat dikatakan
bahwa kualitasnya bersifat operations-driven.
Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian berspesifikasi yang dikembangkan
secara internal. Jadi, yang menentukan kualitas dalam pendekatan ini adalah
standar-standar yang ditetapkan perusahaan.
e.
Value-based Approach
Pendekatan ini
memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja produk dan
harga, kualitas didefinisikan “affordable
excellence”. Kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga poduk
yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.
Akan tetapi , yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang paling tepat
dibeli (best-buy).
6
|
Fungsi
|
Aspek
Kualitas yang Mendapat Perhatian Utama
|
Pemasaran
Rekayasa
Manufaktur
|
·
Kinerja,
keistimewaan, pelayanan, fokus pada perhatian pelanggan.
·
Menekankan
pendekatan user-basedyang dapat
menaikkan biaya.
·
Spesifiksi
·
Menekankan
pada pendekatan product-based
·
Sama dengan
spesifikasinya
·
Pengurangan
biaya
|
2.4 Sistem Kualitas Modern
Secara tradisional, para produsen
melakukan inspeksi selesai produsi dengan cara menyortir produk yang jelek.
Kemudian melkukn pengejaan ulng bagian-bagian produkyang cacat. Dengn demikian,
pengertian tradisional mengenai jaminan kualitas hanya berfokus kepada kegiatan
inspeksi untuk mencegah lolosnya produk yang cacat ke tangan konsumen, pada
masa sekarang jaminan kualitas lebih luas daripada sekedar kegiatan inspeksi
Maka
dibutuhkan sistem kualitas modern untuk menjamin kualitas suatu produk yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan
pelanggan di zaman sekarang
Pada dasarnya, sistem kualitas
modern dapat dibagi kedalam 3 bagian (Gasperz V. 2004:97), yaitu sebagai
berikut.
1. Kualitas Desain
Mengacu kepada berbagai aktifitas yang menjamin produk di
desain edemikian rupa dalam rangka memenuhi keinginan dan harapan dari
pelanggan.kualitas desain ini akan menentukan spesifikasi produk dan merupakan
dasar pembuatan keputusan yang berkaitan dengan sekmen pasar, spesifikasi
penggunaan, dan pelayanan purnajual.
2. Kualitas Konformans
Mengacu kepada pembuatan produk yang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan dalam kualitas desain. Kualitas ini
menunjukkan tingkt sejauh mana produk ang diproduksi memenuhi atau sesuai
dengan spesifikasi produk.
3.
7
|
Berkaitan dengan tingkat sejauh mana produk memenuhi ketentuan dasar
tentang pemasaran, pemeliharaan produk dan pelayanan purnajual
Dengan demikian, terdapat
keterkaitan pengendalian kualitas diantara bagian atau tahap satu dengan yang
lainnya, yang dimulai sejak permintaan pasar pada suatu produk hingga berakhir
pada penggunaan produk oleh pelanggan.hubungan ketiga sistem kualitas modern
tersebut digambarkan pada gambar dibawah ini :
Permintaan Pasar
|
Desain Produk
|
Sertifikasi Produk
|
Peasaran dan Pelayanan Purnajual
|
Produk dalam Masa Pemakaian
|
Permintaan Pasar
|
Kualitas Konformitas
|
Produksi
|
Mutu pemasaran dan Pelayanan Purnajual
|
Gambar: 1 (Hubungan sistem Kualitas)
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sebagai berikut.
1. Fasilitas
operasi seperti kondisi fisik bangunan
2. Peralatan
dan perlengkapan
3. Bahan
baku
4. Pekerjaan
/ staff organisasi
Secara khusus
faktor yang mempengaruhi kualitas adalah.
1. Tingkat
persaingan / pasar
Tingkat
persaingan akan memberikan pengaruh terhadap kualitas perusahaan agar
menghasilkan produk yang berkualitas, Dan konsumen selalu berharap untuk
mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah.
2.
8
|
Kualitas
suatu produk dipengaruhi juga oleh tujuan dari perusahaan tersebut, apakah
perusahaan bertujuan menghasilkan volume output tinggi, barang
berharga rendah, atau menghasilkan barang barang yang berharga mahal,
eksklusif. Tergantung dari tujuan perusahaan tersebut.
3. Testing
produk
Testing
yang kurang terhadap produk yang dihasilkan dapat berakibat kegagalan dalam
mengungkapkan kekurangan kualitas terhadap produk.
4. Desain
produk
Desain
sebuah produk pada awalnya juga dapat menentukan kualitas itu sendiri.
5. Proses
produksi
Prosedur
pada proses produksi juga dapat menentukan kualitas produk yang dihasilkan.
6. Kualitas
input
Input
yang terdiri atas bahan baku, peralatan, tenaga kerja juga harus memenuhi
standart jika tidak digunakan secara tepat maka akan berakibat pada produk yang
dihasilkan.
7. Perawatan
peralatan
Jika
perlengkapan tidak dirawat secara baik dan suku cadang tidak tersedia maka
kualitas produk akan kurang dari semestinya
8. Standar
kualitas
Jika
perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak tampak, tidak ada testing
maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi sulit dicapai.
9. Umpan
balik konsumen
Perusahaan
haruslah sensitif serta peduli terhadap keluhan konsumen, jika tidak, kualitas
tidak akan meningkat secara signifikan.
Dari faktor khusus yang menentukan
kualitas diatas, sering dijumpai perusahaan menetapkan secara tanggungjawab
kualitas seorang atau kelompok hal ini dibidangnya, hal ini menunjukkan bahwa
pengawasan kualitas produk sangat penting. Dalam hal ini terdapat alas an
mengapa pengawasan kualitas diperlukan yaitu.
a. Untuk
mengurangi volume kesalahan dan perbaikan
b.
9
|
c. Untuk
mengurangi keluhan
d. Memungkinkan
pengkelasan output
e. Untuk
mentaati peraturan
f.
Untuk menjaga company image
Salah satu metode yang digunakan
perusahaan/organisasi untuk menjamin kualitas input maupun output adalah dengan
melaksanakan “inspeksi” dan “testing”.
Inspeksi
Inspeksi merupakan bagian terpenting
dari program pengawasan kualitas, inspeksi mencakup penentuan apakah suatu
input memenuhi standar kualitas yang mengakibatkan terjadinya kerusakan input
atau output. Untuk dapat menilai input atau output, maka dilakukan dengan salah
satu dari dua cara sebagai berikut:
1. Teknik Sampling
Teknik
sampling dapat dilakukan dengan
mengambil sampel acak dari input atau
output dengan anggapan bahwa sample
acak dengan jumlah yang memadahi adalah wakil dari semua kualitas item yang
diteliti. Teknik sampling ini sangat tepat digunakan apabila volume item begitu
besar dan bersifat homogin, waktu sangat terbatas, inspeksi merusak item, biaya
kerusakan (defect cost) tinggi. Akan
tetapi penggunaan teknik sampling ini dapat mengakibatkan resiko, sebagai
akibat dari kesalahan sampling (sampling
errors). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Sebenarnya
|
Baik (diterima)
|
Jelek (ditolak)
|
|
Betul
|
Kesalahan tipe 1
|
Jelek (ditolak)
|
|
Betul
|
Risiko produsen (producer’s
risk). Risiko konsumen
(consumer’s risk)
10
|
2.
Teknik pemeriksaan lengkap (full-inspection)
Teknik
ini menghendaki agar input atau output diperiksa kualitasnya. Teknik
pemeriksaan lengkap dapat menggunakan waktu yang cukup panjang bahkan mugkin
berulang-ulang yang dapat melelahkan pemeriksaan. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan tersebut, maka para
inspektor harus mengetahui apa yang harus dilakukan, full-inspection sangat tepat digunakan apabila : biaya kerusakan
sangat tinggi, item bersifat heterogen, waktu cukup tersedia, inspeksi tidak
merusak item dan biaya cukup reasonable.